Sejarah
Jenis Pelayanan :
> Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, & C
> Pendidikan Layanan Khusus Untuk Anak Jalanan
> Pendidikan Layanan Khusus Anak Daerah Terpencil
> Penelitian Anak dan Perempuan
> Program Beasiswa dengan Sistem Orang Tua Asuh
> Pmbinaan Keagamaan dan Mental Spiritual
> Pendidikan Keterampilan (Life Skill)
> Pertanian (Budi Daya Belimbing Manis)
> Pembinaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
> Pembinaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
> Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
> Konsultansi dan Pendampingan Anak Jalanan
> Pendampingan Intensif (Expert)
> Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
Forum tersebut beranggotakan mahasiswa-mahasiswa lintas perguruan tinggi yang terdiri dari mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK) Darul Qalam, dan Bina Sarana Informatika (BSI). Forum ini sepakat untuk menampilkan sebuah “reformasi gaya baru” yang bersentuhan dengan sendi-sendi kehidupan masyarakat secara langsung. Karena itu kemudian dirumuskan sebuah agenda aksi sosial dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang sekiranya dapat dilakukan. Maka, kelompok masyarakat anak jalanan menjadi prioritas utama, mengingat kelompok masyarakat ini tergolong rawan sosial dan masalahnya kompleks sekali.
Namun kegiatan kurang berjalan mulus karena ada kekurang-sepahaman antara kelompok mahasiswa yang mengusung idealisme dengan pihak Rumah Singgah yang berujung pada hengkangnya kelompok mahasiswa dari kegiatan tersebut. Akhirnya kegiatan belajar mengajar menjadi bubar.
Sekelompok mahasiswa tersebut tidak patah arang dan ingin tetap berbagi dengan sesama. Tepatnya awal bulan Juni 1998, pasca reformasi bergulir, dengan tekad yang bulat dan dibarengi oleh kejenuhan berdemonstrasi mereka kembali turun gelanggang melakukan aksi sosial di daerah Pasar Minggu Jakarta Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak Jalanan (P3A). Nama ini lebih spesifik dan mencerminkan sebuah wadah pembinaan terhadap anak jalanan.
Assessment dan Pendampingan di Lampu Merah
|
Pada awalnya kegiatan ini hanyalah kegiatan kemahasiswaan biasa. Namun dalam perjalanananya, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan luas dari berbagai kalangan baik mpemerintah maupun masyarakat. Dari pihak pemerintah, dukungan datang secara langsung dari Dirjen Dikluspora Depdiknas RI, waktu itu, Bapak Prof. Dr. Sudijarto. Bahkan Dharma Wanita Dikluspora dan Depdiknas RI adalah salah satu donatur kegiatan tersebut. Kemudian kegiatan pembelajaran tersebut diresmikan langsung oleh Ibu Soerono (Kasi Dikmenti DKI Jakarta) pada bulan Juni 1998 bertempat di Masjid Al-Awwabin Polsek Pasar Minggu.
Dari kelompok masyarakat, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok pengajian serta perorangan, bahkan ada dari kalangan pengusaha. Seperti Pengajian Jenggala Cipete Selatan, Yayasan RAHMA (yang menyediakan nasi murah/cepek), Pengajian Keluarga Sakinah, Pengajian Rosida, Pengajian Pondok Labu, dll.
Dari kelompok masyarakat, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok pengajian serta perorangan, bahkan ada dari kalangan pengusaha. Seperti Pengajian Jenggala Cipete Selatan, Yayasan RAHMA (yang menyediakan nasi murah/cepek), Pengajian Keluarga Sakinah, Pengajian Rosida, Pengajian Pondok Labu, dll.
Pelayanan Kesehatan dengan Sertifikat Sehat tampak dalam gambar anak asuh sedang dirawat di RSCM selama 6 bulan akibat tergilas kereta api di Stasiun Depok |
Mengingat kegiatan sosial tersebut haruslah berkesinambungan dan mesti ada pertanggungjawaban secara yuridis, muncul desakan dari kalangan masyarakat agar wadahnya berbadan hukum. Karena itu kelompok mahasiswa tersebut mulai berpikir keras serta melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh nasional untuk mendukung kelangsungan serta keberhasilan proses belajar mengajar tersebut.
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, sebagai Pusat Pembinaan Anak dan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Masyarakat, dalam menjalankan aktifitasnya selalu bersama-sama masyarakat dimana kegiatan tersebut dilangsungkan. Adanya pengakuan masyarakat serta rasa memiliki yang sangat tinggi terhadap lembaga merupakan modal utama keberhasilan kelangsungan program. Menciptakan rasa saling ketergantungan antara masyarakat dengan lembaga, demikian juga sebaliknya adalah merupakan suatu hal yang niscaya.
Untuk itu, diperlukan sinergisitas antara kepentingan lembaga dengan kebutuhan masyarakat. Pihak lembaga harus mengidentifikasi jenis-jenis kebutuhan, potensi yang dimiliki serta menginvintarisasi berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, apa yang diprogramkan oleh lembaga adalah merupakan cerminan dari suatu kebutuhan murni serta harapan segmen-segmen masyarakat tertentu yang akan diberdayakannya.
Untuk itulah, Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, dengan motto, ”bersama untuk bangsa”, telah melaksanakan berbagai program riil di masyarakat, seperti, Bimbingan Agama dan Etika Bermasyarakat, Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Kerja, Pengembangan Seni Budaya (Minat dan Bakat), Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan, Pengembangan Usaha Mandiri serta Penempatan Kerja.
![]() |
Untuk itulah, Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, dengan motto, ”bersama untuk bangsa”, telah melaksanakan berbagai program riil di masyarakat, seperti, Bimbingan Agama dan Etika Bermasyarakat, Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Kerja, Pengembangan Seni Budaya (Minat dan Bakat), Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan, Pengembangan Usaha Mandiri serta Penempatan Kerja.